Word Under The Rain

13.50 Unknown 0 Comments

Sabtu, 19 Desember 2015
Aku terbangun dari tidurku, pertama kali yang ku rasakan adalah kepalaku pusing, ini pasti efek hujan-hujanan menonton konser semalam. Aku meraih Ponsel yang tergeletak di meja belajarku, melihat layarnya ternyata sudah pukul 09.30 pagi, benar-benar telat bangun.
            Dengan bermalas-malasan aku bangun dari tempat tidurku, kemudian melepas jaket yang aku pakai karena semalam terasa dingin sekali, kemudian meraih handuk dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badan.
***

Word Under The Rain
Sabtu, 19 Desember 2015 
           Aku berdiri diantara para penonton konser yang sedang berjingkrak  menikmati alunan musik, diterpa hujan deras dan angin yang berhembus seakan-akan memaksa kami untuk pulang kerumah, namun para penonton setia bernyanyi bersama si vocalis. Berbeda denganku, ditengah konser ini Aku merasa sendiri, hujan malam ini sangat deras, dan tidak terasa dingin di tubuhku, karena jauh didalam hati ini terasa lebih sakit, seperti disayat paksa menggunakan pisau tumpul yang karatan.
***

Aku mengarahkan mobilku keluar dari jalan tol. Aku melihat suasana Tembalang sore itu sudah ramai sekali, segera Aku mengarahkan mobil menuju kos ku. Setelah masuk ke kamar Aku membuka ponsel ku yang sudah sekarat karena hampir sekali kehabisan daya. Ada satu pesan dari Junior masa SMA ku yang sudah menjadi seperti keluarga sendiri.

            “Apa kau sudah sampai ditembalang? Kalau sudah lebih baik kau segera menuju kontrakanku, open gate sudah dibuka.” Ujar Rizky dalam pesan LINE nya kepadaku.
            “Beri Aku waktu 15 menit, untuk bersiap-siap.” Jawabku singkat.
           
Ketika semua sudah siap untuk dibawa, segera Aku memacu motor menuju kontrakan Rizky yang lumayan jauh dari tempatku, namun dekat dengan lokasi konser nanti. Sesampainya disana, mereka langsung menayalankan mesin motor, dan Kami pun menuju lokasi konser.
            “Gila sudah ramai sekali.” Ujarku saat melihat barisan yang mengantri masuk kedala stadion.
      “Wah padahal bisa lama kita masuknya.” Rizky menanggapi omonganku sambil melihat sekeliling.
“Itu dia, hei Haikal sini!.” Ia menyebut sebuah nama dengan keras sambil melambai. Melambai untuk memberi tanda agar menuju tempat Kami.
Aku melihat Haikal berjalan kearah Kami. Haikal adalah salah satu teman Rizky dan juga Adik kerlasku dulu. Ia menghampiri Kami dengan senyum lebar, sepertinya ia senang melihat Kami.
“Ramai sekali ya kal, agak sedikit malas untuk mengantri..” ujarku melihat gerombolan yang berbaris.
“Bagaimana kalau kalian berdua ikut masuk lewat pintu itu, bersamaku.” Ucap Haikal sambari menunjuk ke arah salah satu pintu masuk khusus. Haikal adalah anggota BEM Fakultas Hukum kampusku.
Segera Kami meng-iya-kan saja tawaran Haikal dan akhirnya dengan waktu kurang dari 2 menit kami sudah berada didalam stadion. Aku dan Rizky mengucapkan terima kasih kemudian Haikal kembali kedalam ruangan, karena masih ada sesuat yang harus dia selesaikan.
            Aku menerima notifikasi LINE, segera aku merogoh ponsel pada kantong calanaku, ternyata sudah ada 2 notifikasi.
         Yang pertama, Yulia, orang yang hampir 4 tahun belakangan ini yang selalu ada untukku, disituasi apapun. Namun satu bulan yang lalu kami berpisah karena ia ingin lebih fokus dengan kulihnya. aku sempat menanyakan apakah ia menonton konser malam ini bersama teman-temannya, ia manjawab.
7.00 PM
“aku tidak bisa, aku sedang mengerjakan tugas kuliahku, kalu tidak selesai aku tidak bisa pulang.”
           
            Membaca balasan dari Yulia, sepertinya malam ini aku tidak bisa melihat senyum yang aku rindukan.
            Yang kedua, Thea, Saudara sepupuku yang malam ini juga datang bersama teman-temanya, untuk melihat konser ini juga, ia sempat kehabisan tiket, untung saja aku mengenal salah satu teman jadi aku bisa mendapatkan 4 tiket terakhir untuknya.
7.42 PM
“aku sedang mengantri di pintu masuk dengan teman-temanku”
“mas aku mau pipis dulu”
“toilet dimana ya???“
            Aku membalas BBM Thea seperlunya saja, dan memberitahu bahwa aku menunggu dia dan teman-temannya didepan stand makanan. Tidak berapa lama, pukul 8.15 gerimis turun, aku bertemu Thea dan teman-temannya, kami sempat berbicara sebentar, Thea akan menuju depan panggung karena sebentar lagi band yang ia tunggu akan menyanyikan lagu mereka.
            “Boleh aku pinjam topimu? Agar kepalaku tidak terkena gerimis langsung.” aku melepas topi ku dan memberikannya topi dan ia berlalu menuju depan panggung bersama teman-temannya. Sedangkan Aku dan Rizky menikmati konser agak kebelakang dari kerumunan penonton, sesekali juga kami bertemu beberapa teman kami.
***
Saat itu pukul 21.45, band yang saat itu sedang tampil memberi tahu bahwa mereka akan membawakan lagu terakhir pada konser malam ini, intro dimulai, semua penonton bersorak-sorak antusias, meraka mengangkat kedua tangan meraka dan mengikuti alunan musik yang di lantunkan, sesaat terbebas dari tekanan, bisa terlihat dari raut wajah penonton malam itu walaupun suasana gelap. Begitu juga denganku, aku tersenyum lebar untuk beberapa saat, sampai dalam kegelapan, mataku menangkan sosok yang sangat aku kenal, sosok yang hampir 4 tahun ini selalu ada untukku.

Walaupun malam itu gelap dan lensa kacamataku terkena air hujan, tapi aku yakin bahwa sosok yang aku lihat malam itu adalah Yulia, benar itu Yulia. Ternyata ia datang, mungkin ia sudah menyelesaikan tugasnya, itulah yang Aku pkirkan saat itu. Aku melihat ia berjalan dari sisi kiri penonton, mendekapkan kedua tangan didepan dadanya, sepertinya ia merasa kedinginan akibat hujan malam ini, aku melepas flanel yang saat itu aku ikatkan dipinggangku, aku berinisiatif meminjamkan flanel itu kepadanya, paling tidak agar ia tidak terkana air hujan terus menerus. Aku melangkahkan kakiku, aku meneriakkan namanya keras, tetapi baru 2 langkah dari tempatku berdiri, aku langsung terdiam menyadari ada satu sosok lagi disamping kanannya. Deg!

Saat itu aku langsung terdiam, karena pantulan lampu sorot dari panggung yang saat itu menengarah kepada para penonton, sosok itu sikit demi sedikit ulai terlihat, ketika aku tahu laki-laki itu adalah Zul, itu adalah laki-laki yang pernah menjadi asdos kelompok Yulia.

Aku melihat laki-laki itu juga merasa kedinginan karena hujan malam ini, badanku terasa semakin kaku saat melihat ekspresi wajah Yulia yang sedang berbicara berdampingan bersama laki-laki itu, dari eskpresinya seakan ia tidak merasa kedinginan, walaupun malam itu kardigan yang ia pakai basah.

Aku melihat Yulia tersenyum kearah laki-laki yang tidak lebih tinggi dari Yulia, aku sangat mengenalnya, itu adalah senyuman yang dulu selalu Yulia berikan kepadaku ketika kami sedang berdua menikmati waktu bersama-sama, aku sangat mengenal sekali.
Dan dadaku terasa sakit, nafasku sesaat menjadi sesak, Deg! ketika Mereka berdua berjalan berlalu dihadapanku, jarak Aku dan mereka tidak lebih dari 5 meter, tetapi Yulia tidak menyadari keberadaanku yang saat itu sedang melihatnya berlalu berjalan dengan laki-laki lain dihadapanku.

Aku menatapnya berlalu menuju pintu keluar, menjauh, semakin menjauh, semakin menjauh dan kemudian hilang seketika meninggalkan rasa pedih yang sulit untuk Aku ungkapkan. Saat itu Aku yakin Rizky melihat ekspresi wajahku saat melihat Yulia berlalu seperti itu, ia menepuk pundakku dengan keras disertai dengan remasan kuat,  ia pasti mengerti begaimana yang aku rasakan malam ini, karena Rizky adalah salah satu orang yang tahu bagaimana hubungan Aku dan Yulia dulu, hubungan yang terjalin saat kami masih SMA.
So they say that time to takes away the pain, but im still the same and they say that i will find another you, that cant be true!. thats not true! So they say that i didnt know what i had in my life until its gone, the truth is that i knew you were the light, but we never knew it would end, its so really hard to forget all about you, getting worse as the days go by. I miss you.. i miss you.. i miss you.. i miss....you Yulia.
***
           
           Band yang kami tunggu sudah menaiki panggung konser, sorak-sorak penonton menjadi ramai, penonton yang tadinya sedang berteduh di pinggir stadion secara serentak mereka mendekat kearah panggung, seakan tidak peduli lagi dengan hujan dan angin yang bertiuo kencang malam itu, termasuk kami, Aku, Rizky dan Aziz –aku berkenalan dengannya di konser ini, kebetulan hobi kami sama, yaitu fotografi dan mendaki gunung– ketika si vocalis berjalan meraih mike miliknya dan mulai bernyanyi, meriah sekali, seolah para penonton terbius lantunan music dan lagu dari band legenda ini, Aku sendiri ikut bernyanyi dengan keras dari awal sampai ahir konser, ikut menyanyikan satu per satu lagu yang dibawakan.
Entah si vocalis bisa membaca pikiran dan isi hatiku atau tidak, tetapi malam ini selama 2 jam penuh, mereka membawaan lagu-lagu yang mewakili isi hatiku malam ini, seakan–akan mereka memberi tahu kepada 8.000 penonton yang hadir dikonser mereka bahwa Aku sangat rindu kapadanya.
*****
Kenanganku dengan Yulia masih tetap ada, namun kini Aku akan mencoba untuk ikhlas ketika kenangan itu muncul kembali dalam pikiranku, Aku bersyukur karena Yulia pernah menjadi bagian dari kehidupanku, yang membuat Aku melepas dia karena Aku sadar dengan posisiku yang sekarang, Aku tidak bisa memaksakan perasaan Yulia, Aku juga mengerti bahwa kami sudah tidak mungkin bersama lagi, karena Yulia sudah memilih laki-laki lain.

Teringat ketika Aku masih mempunyai sepatu yang bagus sewaktu aku masih kecil dulu, hampir setiap hari aku memakainya karena saking sukanya dengan sepatu tersebut. namun ketika beranjak dewasa, sepatu tersebut sudah tidak muat lagi untuk Aku pakai, dan aku bisa mengikhlaskan sepatu tersebut untuk tidak bisa Aku pakai lagi

Tetapi walaupun begitu, kenangan tentang sepatu tersebut masih ada dalam ingatanku sampai hati ini, kenangan indah ketika orangtua ku memuji betapa cocoknya aku memakai sepatu tersebut, ketika berjalan kesekolah menggunakan sepatu tersebut, ketika pulang sekolah hujan, sepatu kotor dan aku langsung mencucinya sendiri saking sukanya Aku dengan sepatu tersebut.

Sekarang karena aku sudah tidak bisa memakai sepatu tersebut, karena memang sudah tidak pantas untuk Aku pakai lagi, dan Aku ikhlas dengan hal itu.

Aku ikhlas karena selain aku tahu sepatu itu sudah tidak pantas untuk aku pakai lagi, dan pasti nanti ada sepatu lain yang lebih pantas dan lebih nyaman untuk aku pakai dan sesuai dengan diriku yang sekarang. Sepatu yang sesuai dengan umurku, sesuai dengan kepribadianku, dan sekarang Aku bisa memakan sepatu yang seseuai denganku.


Aku juga merasa sudah tidak pantas lagi dengan Yulia, bukan karena salah satu dari kami ada yang buruk, tetapi karena Aku merasa bahwa Aku sudah tumbuh, Aku sudah berubah menjadi lebih baik.
Terima kasih, Yulia. yang selalu menemaniku, much love.

0 komentar: