Belajar Menghargai Karya Orang Lain
Dari kecil
gue udah suka sama hal yang berbau seni, waktu SD-SMA gue banyak menjuarai lomba
menggambar dan desain, saat gue duduk dibangku SMA ketertarikan gue semakin menjadi-jadi
ketika pertama kali gue menggunakan aplikasi CorelDraw dan Photoshop. Begitu masuk
kuliah gue memilih jurusan Arsitektur, karena di jurusan ini pasti gue bisa
menyalurkan kreatifitas gue dengan benar. Itu yang gue pikirin pertama kali
ketrima dijurusan arsitektur.
Kali ini
gue mau berbagi dilema yang sering gue temui, nggak cuman gue sih tapi sebagian
besar desainer pasti pernah mengalami ini. pun juga beberapa profesi lain. Kurang dihargai.
Gue
selalu bertanya ‘kita hidup ditahun berapa sih? Kok masih ada aja cecunguk yang
nggak bisa ngehargain karya orang lain? Bukannya dipuji malah dimaki-maki’
whats wrong? Kadang gue nggak habis pikir sama beberapa orang yang nggak bisa
menghargai sesuatu, mungkin tiap pelajaran ppkn dulu, orang-orang ini lebih
sering bolos kekantin. Makanya Cuma bisa nyela usaha orang lain dalam membuat
sesuatu. Nggak bisa menghargai. Padahal,
belum tentu mereka bisa melakukan hal yang sama, dan gue yakin, kerjaan mereka
paling cuman nonton sinetron anak jalanan sambil makan kuaci.
***
Gue
pernah remake videonya zack king dan video ala-ala indovidgram. Padahal udah
ada tulisannya re:make, membuat ulang dengan kreatifitas gue, toh video yang
gue bikin udah dikemas sedemikian rupa. Nggak tau males
baca apa emang nggak bisa baca, tapi masih ada aja satu monyet yang bilang gue
plagiat lah, njiplak lah, nirulah. Kan udah gue tulis remake woy remake..
membuat ulang. Kudu sabar.
Sembilan
dari sepuluh orang, yang menyebutkan sesuatu ‘orisinal’ biasanya tidak tahu
rujukan atau sumber aslinya. Begitu kata penulis Jonathan Lethem. Menurut gue
menurut gue nggak ada orisinalitas didunia ini, yang ada hanya inovasi, semua
yang baru hanyalah campuran dari ide-ide yang sudah pernah ada, dikemas kembali
dengan cara lebih menarik.
***
Gue
arsitek gue juga desainer, dunia gue nggak jauh-jauh dari seni, gue udah
ngerasain semua dilemanya desainer. Pernah ada seorang temen SMA, cuman kenal
muka sama nama doang, jarang banget ngobrol. Suatu hari tiba-tiba dia nyamperin
gue.
‘faiz, lu bisa bikin logo kan? Gue bikinin
logo dong buat usaha baru gue, belum ada logonya, bisa kan?’
gue
orangnya nggak neko-neko, kebetulan gue juga lagi free jadi bisalah paling
bikin logo nggak ada sehari. Singkatnya begitu gue kasihkan logo itu, temen gue
bilang.
‘aduhhh makasih banget ya faiz udah
bikinin gue logo, lu baik banget, kapan-kapan kalo gue butuh bantuan, bikinin
lagi yaaaa’ kemudian dia pergi, udah gitu aja. Ninggalin gue
yang tersenyum kecut.
Gue
juga sering banget ngadepin yang kaya gini ‘gausah
mahal-mahal ya, sama temen sendiri doang’ eh gue kasih tau ya, harga
pertemanan adalah awal mula kemunduran suatu usaha. Kenapa sih kalian selalu memakai
kalimat tersebut? kalian nggak bisa menghargai perjuangan seseorang yah?. Dan yang
lebih parahnya, dulu sewaktu gue baru lulus kuliah, ada salah satu teman kuliah
gue. Dia arsitek, dia anak orang kaya, dia paham tentang dunia desainer,
tapi sayang dia nggak paham bagaimana
menghargai orang lain. Jagi dia datang ke gue minta dibikinin logo, kira-kira
begini percakapannya.
‘iz, gue mau buka usaha, bisa bikinin gue
logo nggak?’
‘bisa banget, asal harga cocok bro’
‘hlo? Gue harus bayar?’
‘lah iya, masa gratis sih?’
‘emang gue harus bayar berapa?’
‘tergantung, kalau logo yang gue bikin dipake
buat komersil, biasanya kisaran 2-3 juta bro’
‘loh kok mahal banget sih? Sama temen
sendiri juga. Lagian gampang kok bikin logo cuman gitu-gitu doang’
‘kaya lu nggak tahu aja proses cari idenya
gimna bro, dan gue kasih tahu ya kalo emang menurut lo gampang, kenapa lo minta
bantuan gue? Kenapa lo nggak bikin sendiri aja? Kenapa coba?’ kemudian gue
tinggal pergi.
Gimana
perasaan lo kalo jadi gue? Hidup itu harus realistis men, gue dulu kuliah
dijurusan arsitektur ngeluarin biaya banyak banget, orangtua gue dirumah
banting tulang kerja buat mbiayain kuliah gue, kadang mereka lebih mentingin
kebutuhan gue ketimbang kebutuhan mereka sendiri. Dan gue sadar akan hal itu, itulah
alasan gue nggak boleh menyerah, makanya gue dulu kuliah dengan sungguh-sungguh. Gue
kerja bukan hanya mencari sesuap nasi, gue nggak pengin bikin orang tua gue kecewa. sebagai manusia seutuhnya sudah pasti gue punya cita-cita dan mimpi-mimpi yang pengin gue capai, termasuk
ngebahagiain orang tua gue.
***
Percaya
diri adalah kunci untuk menghargai karya sendiri, pede memperlihatkan keorang
lain, makanya setiap berkarya dalam bentuk gambar atau tulisan gue selalu pede.
Dan nggak jarang usaha keras gue nggak dihargai. Emang mereka punya hak
sendiri, tapi daripada mengomentari ini itu tanpa berbuat sesuatu, kenapa nggak
belajar menghargai? Lebih baik daripada nonton sinetron sambil makan kuaci. Karena
menghargai orang lain itu sama artinya menghargai diri kita sendiri. Berhenti mengomentai
dan mulailah belajar menghargai.
0 komentar:
Posting Komentar