Belajar Menghargai Karya Orang Lain

09.35 Unknown 0 Comments


Dari kecil gue udah suka sama hal yang berbau seni, waktu SD-SMA gue banyak menjuarai lomba menggambar dan desain, saat gue duduk dibangku SMA ketertarikan gue semakin menjadi-jadi ketika pertama kali gue menggunakan aplikasi CorelDraw dan Photoshop. Begitu masuk kuliah gue memilih jurusan Arsitektur, karena di jurusan ini pasti gue bisa menyalurkan kreatifitas gue dengan benar. Itu yang gue pikirin pertama kali ketrima dijurusan arsitektur.

Kali ini gue mau berbagi dilema yang sering gue temui, nggak cuman gue sih tapi sebagian besar desainer pasti pernah mengalami ini. pun juga beberapa profesi lain. Kurang dihargai.

Gue selalu bertanya ‘kita hidup ditahun berapa sih? Kok masih ada aja cecunguk yang nggak bisa ngehargain karya orang lain? Bukannya dipuji malah dimaki-maki’ whats wrong? Kadang gue nggak habis pikir sama beberapa orang yang nggak bisa menghargai sesuatu, mungkin tiap pelajaran ppkn dulu, orang-orang ini lebih sering bolos kekantin. Makanya Cuma bisa nyela usaha orang lain dalam membuat sesuatu. Nggak bisa menghargai.  Padahal, belum tentu mereka bisa melakukan hal yang sama, dan gue yakin, kerjaan mereka paling cuman nonton sinetron anak jalanan sambil makan kuaci.

***

Gue pernah remake videonya zack king dan video ala-ala indovidgram. Padahal udah ada tulisannya re:make, membuat ulang dengan kreatifitas gue, toh video yang gue bikin udah dikemas sedemikian rupa. Nggak tau males baca apa emang nggak bisa baca, tapi masih ada aja satu monyet yang bilang gue plagiat lah, njiplak lah, nirulah. Kan udah gue tulis remake woy remake.. membuat ulang. Kudu sabar.

Sembilan dari sepuluh orang, yang menyebutkan sesuatu ‘orisinal’ biasanya tidak tahu rujukan atau sumber aslinya. Begitu kata penulis Jonathan Lethem. Menurut gue menurut gue nggak ada orisinalitas didunia ini, yang ada hanya inovasi, semua yang baru hanyalah campuran dari ide-ide yang sudah pernah ada, dikemas kembali dengan cara lebih menarik.

***

Gue arsitek gue juga desainer, dunia gue nggak jauh-jauh dari seni, gue udah ngerasain semua dilemanya desainer. Pernah ada seorang temen SMA, cuman kenal muka sama nama doang, jarang banget ngobrol. Suatu hari tiba-tiba dia nyamperin gue.

‘faiz, lu bisa bikin logo kan? Gue bikinin logo dong buat usaha baru gue, belum ada logonya, bisa kan?’

gue orangnya nggak neko-neko, kebetulan gue juga lagi free jadi bisalah paling bikin logo nggak ada sehari. Singkatnya begitu gue kasihkan logo itu, temen gue bilang.

‘aduhhh makasih banget ya faiz udah bikinin gue logo, lu baik banget, kapan-kapan kalo gue butuh bantuan, bikinin lagi yaaaa’ kemudian dia pergi, udah gitu aja. Ninggalin gue yang tersenyum kecut.

Gue juga sering banget ngadepin yang kaya gini ‘gausah mahal-mahal ya, sama temen sendiri doang’ eh gue kasih tau ya, harga pertemanan adalah awal mula kemunduran suatu usaha. Kenapa sih kalian selalu memakai kalimat tersebut? kalian nggak bisa menghargai perjuangan seseorang yah?. Dan yang lebih parahnya, dulu sewaktu gue baru lulus kuliah, ada salah satu teman kuliah gue. Dia arsitek, dia anak orang kaya, dia paham tentang dunia desainer, tapi  sayang dia nggak paham bagaimana menghargai orang lain. Jagi dia datang ke gue minta dibikinin logo, kira-kira begini percakapannya.

‘iz, gue mau buka usaha, bisa bikinin gue logo nggak?’

‘bisa banget, asal harga cocok bro’

‘hlo? Gue harus bayar?’

‘lah iya, masa gratis sih?’

‘emang gue harus bayar berapa?’

‘tergantung, kalau logo yang gue bikin dipake buat komersil, biasanya kisaran 2-3 juta bro’

‘loh kok mahal banget sih? Sama temen sendiri juga. Lagian gampang kok bikin logo cuman gitu-gitu doang’

‘kaya lu nggak tahu aja proses cari idenya gimna bro, dan gue kasih tahu ya kalo emang menurut lo gampang, kenapa lo minta bantuan gue? Kenapa lo nggak bikin sendiri aja? Kenapa coba?’ kemudian gue tinggal pergi.

Gimana perasaan lo kalo jadi gue? Hidup itu harus realistis men, gue dulu kuliah dijurusan arsitektur ngeluarin biaya banyak banget, orangtua gue dirumah banting tulang kerja buat mbiayain kuliah gue, kadang mereka lebih mentingin kebutuhan gue ketimbang kebutuhan mereka sendiri. Dan gue sadar akan hal itu, itulah alasan gue nggak boleh menyerah, makanya gue dulu kuliah dengan sungguh-sungguh. Gue kerja bukan hanya mencari sesuap nasi, gue nggak pengin bikin orang tua gue kecewa. sebagai manusia seutuhnya sudah pasti gue punya cita-cita dan mimpi-mimpi yang pengin gue capai, termasuk ngebahagiain orang tua gue.

***


Percaya diri adalah kunci untuk menghargai karya sendiri, pede memperlihatkan keorang lain, makanya setiap berkarya dalam bentuk gambar atau tulisan gue selalu pede. Dan nggak jarang usaha keras gue nggak dihargai. Emang mereka punya hak sendiri, tapi daripada mengomentari ini itu tanpa berbuat sesuatu, kenapa nggak belajar menghargai? Lebih baik daripada nonton sinetron sambil makan kuaci. Karena menghargai orang lain itu sama artinya menghargai diri kita sendiri. Berhenti mengomentai dan mulailah belajar menghargai.

0 komentar: