Konservasi - Masjid Layur

00.35 Unknown 0 Comments

Bagi seorang Arsitek, membuat disain sebuah bangunan adalah sebuah pekerjaan, namun berbeda dengan konservasi, bagi Arsitek untuk merawat suatu bangunan konservasi adalah suatu kewajiban yang harus dijalankan.


"Conservation mean all the process of looking after place so as to retain its cultural 

significant. It includes maintenance and may according to circumstance include preservation, restoration, reconstruction and adaptation, and will be commonly a combination of more than one of these"

***

Konservasi diartikan sebagai seluruh proses untuk memelihara/melestarikan suatu tempat (obyek konservasi) sedemikian rupa, untuk mempertahankan signifikansi/makna budayanya. Termasuk di dalamnya Pemeliharaan, dan dalam kondisi tertentu termasuk juga Preservasi, Restorasi, Rekonstruksi, Adaptasi, dan umumnya kombinasi dari beberapa upaya tersebut.

Saya termasuk salah satu yang mendukung konservasi bangunan peninggalan masa lampau yang masuk dalam cagar budaya.

Saya melakukan melakukan survey ke beberapa bangunan konservasi yang berada di Kota Semarang, salah satunya adalah Masjid Layur, kampung melayu, Semarang.

Akan membahas tentang lokasi, sejarah, sosial dan budaya masyarakat setempat. data ini saya dapatkan dari hasil survey lokasi, studi literatur, dan wawancara narasumber.

Masjid Layur di masa lalu

LOKASI

Masjid layur sendiri berlokasi terletak di JL. Layur no 33, Kampung melayu, Semarang, Jawa Tengah. Pemilik masjid layur adalah Ulama Arab bernama Hadramaut, tahun pembangunan Masjid Layur ini pada Tahun 1802, Renovasi dilakukan pada Tahun 1999. Keadaan sangat terawat karena sering dilakukan renovasi kecil berkala seperti pengecaatan, penggantian genteng, dan pembersihan lain lain.

Masjid layur sendiri terletak di Kampung melayu, melewati arah tawang kota lama, saat sampai pada kantor pos, belok kiri sebelum jembatan, dsana kita akan memasuki kampung melayu setelah melewati perlintasan kereta api, daerah yang sangat ramai, namun terkadang tergenang air rob pada sore hari.

SEJARAH DAN PEMANFAATAN DI MASA LALU

Pengertian kampung melayu menurut Abdullah Salim, seorang dosen dari Universitas Sultan Agung Semarang, menyatakan bahwa Kampung Melayu berkembang sekitar awal abad 17 bersamaan dengan kedatangan orang – orang Banjar (Kalimantan), Samudra Pasai, Gujarat dan Arab Selatan untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam ke Jawa. Sebutan Kampung Melayu muncul karena penduduknya menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan dan pemersatu.

Koridor Layur adalah sebuah ruas jalan di Kampung Melayu Semarang yang dibentuk oleh dua deretan ruko Pecinan dan gerbang-gerbang masuk rumah saudagar Arab dan berfungsi sebagai koridor perdagangan. Letak Koridor Layur menjadi strategis dikarenakan tepat berada di pinggir Kali Semarang dan merupakan awal mula dari terbentuknya kampung-kampung lain yang ada di Kampung Melayu Semarang. Keberadaan Koridor Layur muncul sekitar awal abad 16 M akibat dari efek pingpong dua kutub magnet aktivitas yaitu Pasar Ngilir di sebelah Utara dan Kompleks Benteng Belanda yang berbenruk bintang di seberang Kali Semarang sebelah Selatan.

Pada tahun 1875 M pemerintahan Hindia Belanda membuka Kanal Baru sebagai jalur baru pelayaran yang berbentuk lurus menggantikan jalur Kali Semarang yang berkelok-kelok. Pembukaan Kanal Baru semakin menguatkan fungsi Koridor Layur sebagai koridor perdagangan dikarenakan ujung pertemuan antara Kali Semarang dan Kanal Baru tepat berada di ujung Utara (diseberang Pasar Ngilir) Koridor Layur. Keunikan yang terjadi di Koridor Layur adalah bertemunya dua etnik disepanjang tersebut, yaitu etnik Arab dan etnik Cina. Pertemuan dua etnik ini ditandai secara fisik berupa landmark yang berbentuk Mesjid Menara dibangun tahun 1802 M dan Klenteng Dewa Bumi dibangun tahun 1900 M. Selain itu keberadaan rumah-rumah saudagar Arab yang berada dibelakang deretan ruko pecinan juga mempunyai keunikan pada terbentuknya tata ruang dan bangunan pada Koridor Layur tersebut.

Keberadaan Koridor Layur pada saat ini yaitu abad 20 M sangat memprihatinkan, terlihat kumuh, dan rawan kriminalitas. Banyak bangunan ruko pecinan yang tidak berfungsi, rusak dan runtuh sedangkan gerbang rumah saudagar Arab ada beberapa yang sudah tidak berfungsi karena sudah tidak terdapat rumah saudagar Arab lagi. Permasalahan yang muncul dikarenakan beberapa faktor dan aspek dalam kaitanya dengan perkembangan Kota Semarang. Keberadaan koridor perdagangan seperti Koridor Layur di Semarang sudah mulai luntur karena sudah digantikan dengan gedung-gedung yang dilengkapi fasilitas modem dan memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya terhadap pengaruh alam seperti hujan dan panas matahari. Usaha untuk menggali dan mendiskripsikan proses perkembangan Koridor Layur di Kampung Melayu Semarang, dilakukan pengkajian arsitek-tural dengan melakukan pendekatan urban, history dan morfologi.

SOSIAL BUDAYA

Di sisi arsitektur, nilai  kearifan lokal tercermin dengan arsitektur yang lentur dan  adaptif terhadap budaya yaitu dengan terjadinya akulturasi dalam pola perubahan desain rumah etnik-etnik di kampung Melayu Semarang yang memiliki  kecenderungan bentuk baru dengan  makna lama, dimana pada beberapa bagian bangunan terdapat bentuk baru dalam  pengertian unsur lama yang diperbaharui, sehingga  terjadi  intepretasi  baru  terhadap  bentuk  lama  yang  pada  dasarnya  tetap  berakar  dan kebudayaan  masing-masing  etnik di kampung Melayu  Semarang. Jadi terjadi semacam negosiasi antara unsur  lama dengan  unsur baru ataupun unsur lain.

Berbicara Masjid Layur atau Masjid Menara tidak dapat dilepaskan dari minuman khas yang dinamakan kopi arab. Minuman yang menjadi sajian khas saat berbuka puasa tersebut merupakan minuman kopi yang dicampur dengan berbagai ramuan rempah-rempah yang disajikan secara khusus di Masjid Menara Sebagai hidangan buka puasa. Pemberian nama kopi arab sendiri sampai saat ini belum diketahui awalnya, hanya saja masyarakat sekitar yakin jika ramuan kopi tersebut adalah resep asli dari Arab dan berkhasiat. Masjid ini dulu menjadi tempat berkumpul para saudagar Islam Timur Tengah yang menciptakan ramuan kopi secara tak sengaja dan akhirnya terkenal hingga sekarang dengan nama kopi arab. Imam Masjid Menara Semarang, Habib Alwi Assegaf. Menurut beliau, kopi yang dijadikan minuman tersebut sebenarnya tidak berasal dari Arab, namun kopi lokal yang dicampur dengan berbagai bahan rempah, seperti serai, pandan, kayu manis, dan kapulaga. Akan tetapi, masyarakat sekitar tetap memercayai bahwa ramuan kopi tersebut berkhasiat untuk menjaga kesehatan tubuh dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

MASJID LAYUR

Masjid layur adalah salah satu bangunan peninggalan masa lalu yang sangat uni karena memiliki menara pada bagian depan masjid, dan sampai sekarang masih terawat dengan baik dikarenakan dikelola oleh perkumpulan orang orang arab yang tidak ingin masjid ini hilang ditelan modernisasi.

Gerbang Masuk Masjid Layur
Sangat indah dengan dinding tinggi kokoh beserta hiasan terasa suasana timur tengahnya
Masjid Layur
Bagian masjid layur biasa digunakan untuk sholat Pria

Menara Masjid Layur
Masih berdiri kokoh, hanya saja sudah tidak difungsikan lagi sebagai tempat adzan dikarenakan ada kerusakan pada bagian tangga naik menuju ketas menara
Dahulu mercusuar masjid layur adalah mercusuar yang digunakan oleh orang orang sekitar sebagai menara pengawasan lalu lintas kapan yang keluar masuk melewati jalur kali semarang. Pada akhir abad ke-18 Belanda membangun menara mercusuar baru, lokasinya lebih dekat dengan pelabuhan, diberi nama Mercusuar Wilhem III, praktis menara di Kampung Melayu tak difungsikan lagi. Karena tidak lagi digunakan, para saudagar Arab yang bermukim di Kampung Melayu kemudian membangun masjid di bawahnya, dan menggunakan mercusuar ini sebagai menara masjid. Beberapa sumber menyebutkan masjid ini dibangun tahun 1802, diprakarsai oleh ulama Arab bernama Hadramaut, kabarnya berasal dari Yaman.

Dari luar masjid ini sudah terlihat berbeda. Meski tidak ada kesan megah dan mewah, ini memang bukan masjid biasa. Nilai sejarahnya kuat, dan penampilan masjid ini tidak bisa dikatakan tidak menarik. Memang ukurannya tidak besar, dan bukan hanya menara mercusuarnya yang membuat masjid ini unik. Gerbang masuk yang tinggi di bagian depan masjid menguatkan aroma Timur Tengah di sini. Masuk ke dalam, arsitektur khas Jawa terlihat lebih menonjol. Atap masjid bersusun tiga. Sedangkan lantai masjid mengingatkan kita pada gaya rumah Gadang, ada tangga di bagian depan. Ornamen dan hiasan-hiasan di dalam masjid pun tampak indah.


Ornamen Masjid Layur
Kusen pintu lantai pertama
sebagai bukti bahwa dulu Masjid layur pernah mengalami peninggian



Masjid Layur, di area masjid layur terdapat 3 bangunan, Yaitu bangunan Masjid itu sendiri, gudang dan tempat sholat khusus wanita, jadi disini terdapat tradisi dimana Laki laki dan Perempuan tidak boleh shoat dalam satu ruangan, karna itu dibangun bangunan terpisah yang dikhususkan untuk wanita melaksanakan sholat, bangunan hanya berjarak 2-3 meter dari Masjid utama.



Tempat Sholat wanita

Tempat Sholat wanita

Jaman dulu masjid ini tidak punya tempat wudlu. Orang-orang yang hendak sholat di sini mengambil air wudlu di Kali Semarang, persis di sebelah timur masjid. Kala itu air kali masih jernih, tidak berbau. Makin lama Kali Semarang makin tercemar. Maka dibangunlah tempat wudlu pada tahun 1956. Secara keseluruhan, masjid ini masih asli. Tidak banyak berubah, kecuali lantainya yang diuruk. Misalpun ada perbaikan, biasanya hanya pergantian genting. Penambahan ruang pun hanya di sisi kanan masjid, yaitu ruang pengelola.

Gerbang depan Masjid Layur
dengan hiasan berbau timur tengah

View dari dalam, Menara masjid

Pintu masuk menuju tempat Sholat Pria

Jendela Krepyak asli dari kayu jati

Interior dalam Masjid
Dengan plafond masih menggunakan kayu 

Mimbar imam
Keadaan masih asli seperti dulu, hanya dlakukan beberapa renovasi

ARTI PENTING

Menjaga atau melindungi keselamatan dunia dalam melestarikan warisan budaya. Hal ini juga dipertegas lagi oleh para leluhur-leluhur kita, seperti diungkapkan,

wewangan kang umure luwih saka paroning abad, haywa kongsi binabad, becik den mulyakna kadya wujude hawangun

Artinya bangunan dengan umur yang lebih dari 50 tahun merupakan bangunan sejarah dan budaya, dapat digunakan sebagai penelitian, menambah pengetahuan dan lain kebutuhan kemajuan serta bermanfaat sebagai tuntutan hidup (Yosodipuro, 1994).

Masjid layur, Bangunan ini menunjukkan bentuk Arsitektur yang berbeda dari bangunan konservasi lainnya dan memang wajib untuk dilestarikan oleh masyarakat sekitar, karena keunikan dari Masjid dan Menara mercusuar nya, sehingga dijadikan landmark (tetenger) kawasan Kota Kampung Melayu, Semarang, Indonesia.

***

Faiz Al Farazdaq dan Alfian Setya Nugraha

0 komentar: