TRAVEL - Wisata Alam Menarik di Lembang, Bandung

08.05 Unknown 0 Comments

Bagai sayur tanpa garam, bagai dangdut tanpa goyang, begitu juga dengan weekend tanpa liburan. Lebih asik lagi kalau kita liburan bersama orang-orang yang kita sayang, seperti keluarga, sahabat, pacar, mantan pacar atau siapapun.  Anyway, di postingan kali ini akan membahas tentang salah satu lokasi wisata yang sangat recommended, terutama untuk Kalian yang jenuh karena kegiatan di kantor yang gitu-gitu aja. Yuk Simak!
***

Jalan – jalan ke Bandung merupakan salah satu pilihan wisata bagi sebagian warga Jakarta. Selain jaraknya yang cukup dekat, banyak pula tempat menarik di sini. Jika Anda ingin merasakan suasana liburan yang berbeda terdapat banyak daerah di Bandung yang bisa Anda kunjungi, salah satunya adalah Lembang. Lembang adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung Barat, di mana daerah ini berada di atas ketinggian 1.300 – 2.000 mdpl.

Karena berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, menjadikan Lembang salah satu tujuan favorit bagi warga Jakarta. Terdapat banyak penginapan berupa hotel dan villa yang bisa Anda temui di Lembang. Tidak perlu bingung, Anda dapat megninap di Villa Istana Bunga yang akan memberikan pengalaman menginap secara eksklusif.

Villa Istana Bunga ini dapat Anda temukan di  wilayah Parongpong tepatnya di Jalan Villa Istana Bunga Blok IV-3. Villa ini sangat cocok untuk dijadikan tempat menginap bersama pasangan dan keluarga besar saat mengunjungi Lembang karena terdapat banyak villa yang bisa Anda pilih. Beberapa tipe villa yang bisa Anda pilih adalah  Standard Villa, Deluxe Villa, VIP Villa, Mapple House, Villa Wood, dan Bamboo Villa.

Standard Villa – Sumber : vilaistanabunga.co.id
Deluxe Villa - Sumber : vilaistanabunga.co.id

Villa – villa di Istana Bunga ini menyajikan pemandangan yang cukup indah, dimana cukup banyak terdapat taman bunga yang menghiasi pemandangan villa ini. Letaknya yang berada diantara gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Burangrang, membuat suasana bumi parahayangan yang tenang terasa begitu kental di sini.

Sumber : ag-xin.blogspot.co.id

Selain menyediakan penginapan, villa ini pun menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung kenyamanan para pengunjungnya. Fasilitas yang terdapat di villa ini antara lain seperti, kafe, kolam renang, taman bermain, outbond, ruang olahraga, kolam pemancingan, hingga ruang rapat. So, Anda tidak hanya bisa menjadikan tempat ini sebagai tempat liburan, melainkan juga bisa sebagai referensi tempat perjalanan bisnis yang menyenangkan.


Bukan hanya perjalanan bisnis, bahkan villa ini pun sangat cocok untuk Anda yang ingin merayakan hari bahagia dengan tema garden party. Pastinya suasanya yang sejuk dan indah menambah kehidmatan acara pernikahan Anda.


Dari villa ini Anda juga dapat melihat pemandangan kebun teh yang cukup indah, selain itu jika Anda ingin keluar dari villa terdapat beberapa tempat yang bisa Anda kunjungi seperti curug Cimahi dan wisata Gunung Tangkuban Perahu.

Curug Cimahi atau yang biasa disebut dengan Curug Pelangi hanya berjarak sekitar satu kilometer saja dari Villa Istana Bunga. Curug ini pun merupakan curug tertinggi yang ada di Bandung, di mana tingginya mencapai 87 meter. Wow! Tinggi sekali bukan? Aktivitas yang bisa Anda lakukan di curug ini antara lain seperti menikmati hempasan air terjun, bermain di sekitar sungai yang jernih, berburu foto, dan menikmati suasana alam dari ketinggian.

Sumber : qinanatour.com

Jika Anda ingin merasakan suasana berbeda, maka Anda bisa mengunjungi air terjun ini ketika malam hari. Ketika malam Anda dapat melihat pemandangan cantik berkat lampu – lampu yang terpasang di dinding air terjun. Lampu – lampu tersebut berwarna seperti pelangi, bias cahaya yang nampak pun memperlihatkan warna yang begitu mengagumkan. So bagaimana, tertarik untuk mengunjungi curug ini pada malam hari? 

Sumber : tempatwisataseru.com

Jika Anda masih ingin melanjutkan wisata, Anda bisa menuju wisata gunung Tangkuban Perahu, yang lokasinya sekitar 12 Km dari villa. Siapa sih yang tak mengenal gunung yang sudah melegenda ini? Gunung Tangkuban Perahu merupakan salah satu kawasan pegunungan terbaik, karena kasrian dan kelesatarian hutannya yang masih terjaga.

Suhu di pegunungan ini cukup rendah, jika siang hari suhu mencapai 17 derajat celcius dan jika malam mencapai 2 derajat celcius. Cukup ekstrim ya, maka dari itu untuk Anda yang ingin mengunjungi Tangkuban Perahu jangan lupa untuk membawa jaket dan menggunakan sepatu. Jangan lupa juga untuk membawa masker atau sapu tangan, jika Anda ingin mendekat ke kawah.

Sumber : yoshiwafa.com

Gunung Tangkuban Perahu ternyata memiliki tiga kawah utama yang sudah berumur ribuan tahun loh, di mana kawah yang pertama terbentuk telah berusia sekitar sembilan puluh ribu tahun. Wah, meskipun sudah sangat tua namun tetap cantik ya. Harga untuk masuk tempat wisata ini pun cukup murah yaitu sebesar Rp20.000,- per orang.
***

Nah, sekian postingan untuk hari ini. Bagaimana, tertarik untuk untuk berkunjung ke Bandung dan mengujungi tempat – tempat wisata yang keren dan indah ini? So, jangan lupa datang ke sini ya. Semoga bermanfaat karena kalian bisa menikmati liburan hari ini. Jangan lupa sebarkan ke yang lain biar semua tahu, jangan berhenti di Kamu. Bye~

0 komentar:

Pesan Untukmu

11.42 Unknown 0 Comments



Aku setuju dengan orang yang beranggapan bahwa jatuh cinta sendirian itu egois. Namun aku memiliki alasan yang sangat logis mengapa aku tidak pernah mengutarakannya padamu, atau hanya sekedar memberi sinyal-sinyal kecil yang menunjukkan bahwa aku ingin menciptakan senyum pada bibirmu yang mungil.

***
Keterbatasan daya tahan tubuh membuatku pasrah merupa robot bernyawa yang menikmati tiap detik di rumah sepanjang hari. Rutinitasku hanya bangun pagi, sarapan, membaca buku-buku John Green, Ernest Hemingway, Franz Kafka, atau Haruki Murakami, yang entah sudah berapa puluh kali kuulang, menonton televisi, dan tidur, atau sesekali Ibu mengajakku menyapa sepoi angin sore di taman komplek sambil memperhatikan betapa bahagianya hidup ini jika aku seperti manusia normal pada umumnya.

Aku tidak ingat kapan tepatnya aku benar-benar peduli kepada dunia, maksudku, mengenalmu, ketika kita berdua saling bertatapan. Sore itu, kau datang ke rumahku membawa kantung kertas berwarna cokelat berisi roti, susu, dan beberapa camilan sehat untuk mengganjal rasa laparku. Kau menekan bel rumah sebanyak tiga kali, tiga kali pula aku terbatuk ketika melangkah dari tempat tidur menuju pintu.

Kemudian, sepasang mata cokelat milikmu bertemu dengan kedua sorot mata gelapku ketika pintu terbuka. Saat itulah waktu terasa mendadak berhenti karena jantungku memompa darah ke sekujur tubuh lebih cepat dari biasanya.

“Brian, ya? Ini aku Mentari, tetangga di depan rumah,” sapamu dengan nada ramah dan senyum lebar sambil menunjuk sebuah rumah minimalis di depan rumahku. Aku mengangguk sambil sekeras mungkin menahan getar hebat yang tiba-tiba muncul di dalam tubuhku ketika kulihat jelas wajahmu.

“Tadi aku ketemu Tante Reni di supermarket depan portal komplek, terus dia minta tolong titip belanjaan sama aku soalnya mobilnya udah nggak muat. Tante Reni lagi perjalanan ke sini.” lanjutmu sambil menyerahkan kantung kertas itu padaku. Aku perlahan meraih pemberianmu dengan kepala menunduk dan tersenyum malu, lalu menutup pintu.

“Jangan lupa diminum obatnya, ya!” Suaramu kembali terdengar dari balik pintu. Kalimat itu terngiang di telingaku dan  bodohnya aku menyadari satu hal ketika meletakkan kantung belanjaan itu ke permukaan meja makan: aku lupa mengucapkan terima kasih.

Sejak saat itu, barulah aku merasa seperti manusia normal yang sedang jatuh cinta. Dunia begitu penuh warna. Aku seperti detektif yang memperhatikan tiap gerak-gerikmu untuk mengumpulkan detil informasi tentangmu sebanyak yang bisa kulakukan. Hanya itulah kegiatan yang membuatku bergairah menjalani hidup.

Ngomong-ngomong, aku hapal rutinitasmu lewat jendela kecil kamarku yang menghadap ke arah jalan yang membuat rumah kita berseberangan. Sesuai namamu, kau selalu bangun tidak lebih dari pukul setengah tujuh pagi pada week day, seperti matahari yang melaksanakan kewajibannya. Dengan mengenakan baju tidur yang sedikit kebesaran, kau membuka pintu rumahmu, lalu mengambil koran langganan di kotak pos di halaman kecil rumahmu sambil sesekali merenggangkan tubuh dan menghirup udara segar.

Kau berangkat kerja sebelum pukul delapan dan tiba kembali di rumah antara pukul enam atau tujuh malam, kadang bisa lebih larut. Kau ramah kepada tetangga yang lewat di depan rumahmu meskipun mereka terlihat menanggapi sapaanmu dengan gestur yang dibuat-buat.

Pada akhir pekan, kau selalu bangun lebih siang dan menikmati waktu dengan duduk di kursi malas untuk membaca majalah sambil menikmati kudapan di teras rumahmu. Kadang kau menghabiskan malamnya bersama seorang perempuan berambut pendek yang mirip denganmu yang wajahnya lebih muda. Atau kadang kau menunggu kedatangan seorang pria jangkung berjanggut tipis yang menjemputmu dengan mobil sporty. Ketika hal itu terjadi, aku sering tidak bisa tidur karena memikirkanmu sebelum pria itu memulangkanmu.

Aku bersyukur kau tidak pernah menangkap basah mataku yang mengintip di sela-sela gorden jendela. Terkadang, ketika aku sedang fokus memperhatikanmu, tiba-tiba Ibu mengetuk pintu. Sontak aku menjerit di dalam hati, menyiapkan wajah polos sebelum membukanya seolah kegiatan yang kulakukan adalah fiksi.

Darimu aku pun belajar bahwa jatuh cinta tak selalu indah. Hal itu kualami ketika melihat pria jangkung itu dengan penuh penghayatan mencium bibirmu di dalam mobil sebelum kau pamit untuk tenggelam di alam mimpi. Kadang pula kau yang menciumnya terlebih dahulu. Aku melihat siluet khidmatnya perbuatan kalian.

Suatu malam, aku merekam peristiwa yang kusebut sebagai instrumen getir. Kau membuka kaca jendela mobil pria itu, lalu melepas seat belt-nya dengan cepat. Kau keluar dari mobil dengan langkah tergesa-gesa menuju pintu rumah disusul jejak kaki pria itu. Di depan rumah kalian berdua mengucapkan kalimat yang entah itu apa –aku tak dapat mendengarnya– tapi dari wajahmu yang menyiratkan kemarahan dan kekecewaan sudah cukup membuatku paham.

Tidak lama berselang, pria itu menamparmu dengan wajah geram tanpa memedulikan malam sudah meninggi, kemudian meninggalkanmu yang jatuh duduk di lantai dengan wajah basah. Kau menutup setengah wajahmu sambil terisak sebelum hilang ditelan pintu. Saat itulah aku mengenal patah hati tanpa bisa berbuat apa-apa selain meladeni nyeri di sekujur tubuh yang memerintahkan kelenjar air mataku melimpah ruah. Aku ingin sekali mempraktikan sebuah hal yang sering kutemukan pada buku-buku romansa yang kubaca. Hal itu berkhasiat menenangkan dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Caranya mudah, hanya perlu menenggelamkanmu ke dalam dadaku sambil mengusap pelan rambutmu.

Namun aku tau itu mustahil. Siapa aku berhak melakukannya? dan aku tidak pernah berandai-andai aku dan kau menjadi Augustus Waters dan Hazel Grace Lancaster seperti di dalam novel The Fault in Our Stars. Kau adalah manusia normal, sedangkan aku hanya seonggok raga sekarat yang duduk bersimpuh menanti ajal.

Mencintaimu lewat jendela ini sudah lebih dari kemewahan. Melihat senyummu yang seindah pagi muda sudah seperti surga bagiku. Hidup ini terlalu singkat untuk merisaukan apa yang nantinya dilakukan semesta kepada kita. Takdir adalah ketetapan yang tak bisa diubah dan dipesan. Akan tetapi aku percaya tak ada takdir yang buruk, seperti yang Tuhan berikan padaku.

Tuhan menyayangiku dengan cara memberikan usia yang divonis dokter tidak lebih dari setengah tahun, tapi Dia menghadirkan muara bahagia lewat dirimu. Dengan kata lain, aku tidak perlu bersusah payah menjalani proses mencari sumber bahagiaku layaknya manusia normal, yang harus berpindah dari satu hati ke hati lainnya demi menemukan seseorang yang mereka tetapkan sebagai jodoh. Bagiku, kau adalah kebahagiaan sederhana yang hakiki tanpa perlu mengikat janji setia di hadapan banyak orang.

***
Malam ini lantai kamar mandiku didominasi bercak merah, yang menyebabkan Ibu berteriak panik dan memanggil ambulance. Aku kehilangan kendali atas tubuhku sendiri ketika nyeri mahadahsyat menyerang paru-paruku dan menimbulkan batuk bertubi-tubi.

Aku sudah menanti hari ini tiba dengan penuh persiapan tanpa melibatkan harapan. Sore tadi, kalau tidak salah pukul empat sore, aku menaruh secarik kertas ke dalam kotak suratmu. Semoga kau dapat membaca tulisannya di antara bercak noda merah yang jatuh dari mulutku karena aku tidak pernah menulis lagi sejak kuketahui penyebab napasku berhenti.

Aku bisa merasakan dengan jelas bahwa hari ini adalah terakhir kalinya dunia penuh warna. Jika saja aku memiliki sisa kekuatan untuk menggetarkan pita suaraku, aku ingin sekali berkesempatan menitipkan salam padamu lewat ibu, dokter, atau suster yang kini setengah panik mendorong ranjangku di lorong rumah sakit.

Sebelum semua menjadi hitam ketika kain putih menandakan ujung jiwaku pergi dan aku diantar menuju keabadian, aku ingin melihat senyummu ketika kau membaca pesanku, Mentari.

‘Terima kasih, berkatmu aku menikmati betapa bahagianya sebuah pertemuan dan perpisahan tanpa perlu melambaikan tangan.’

0 komentar:

Crimson Lotus

20.45 Unknown 0 Comments

Rasa takut kehilangan ini menyeruak paksa di batinku lagi. Kukira kekhawatiran ini hanyalah manipulasi yang dibuat pikiranku sendiri. Sore itu, seminggu lalu, aku menjemputmu di kantor dan kudapati kamu sedang mengobrol bersamanya dengan tatapan yang tak biasa. Namun sekarang, debar jantung yang berpacu cepat dan pupil matakulah yang membuktikannya.
***

Di meja bundar kafe ini, aku, kamu, dan dia duduk melingkar dan mulai menghiraukan tarian gemulai uap kopi yang sangat menggoda untuk dinikmati. Kita bertiga sama-sama sibuk. Aku yang bertopang dagu dengan diam yang berisi keringat dingin dan penuh dengan prasangka buruk, dan kalian dengan topik obrolan pekerjaan yang dibahas layaknya teman lama.
Jika aku memiliki kemampuan sihir sudah pasti kuucapkan mantra, “Aresto momentum!” Seperti ketika Dumbledore menghentikan waktu untuk menolong Harry yang terjatuh dari sapu terbangnya. Aku ingin menghentikan waktu dan memelukmu erat, Diandra. Kau adalah kekasih yang menemaniku melahirkan bahagia sejak dua tahun lalu sebelum aku memiliki materi yang cukup untuk bekal meraih restu.
Dia yang kumaksud adalah Edgar. Dia sahabatku sejak SMA yang baru pulang dari Inggris setelah menyelesaikan kuliah S2 arsitekturnya. Aku bertemu denganmu tepat sehari ketika Edgar berangkat ke sana. Aku tidak bercerita banyak tentangmu kepadanya, karena kutahu waktunya terlalu berharga jika dihabiskan untuk mendengarkan ceritaku perihal kedekatan kita.
Secara nyata, aku tidak melihat hal aneh yang terjadi di antara kalian yang kini sedang bercengkrama selain bahasa tubuh yang mengikat ketertarikan. Namun secara kasat mata, tanpa perlu memiliki kekuatan mata yang mampu menembus dimensi pikiranmu, aku melihat gelombang kemistri yang terpancar dan menyatu dari kedua mata kalian saat setiap kata berhasil dengan gemilang disampaikan ujung lidah.
Kamu tidak henti-hentinya tersenyum ketika mendengar Edgar menjelaskan perkembangan proyek pembangunan gedung baru kantormu. Aku memicing dan melihat binar kedua matamu mulai mengenali lebih dalam sosoknya di balik frame kacamata yang kamu kenakan. Biasanya kamu melepas kacamata ketika duduk berhadapan dengan orang selain aku. Kulihat pula Edgar mengikuti nalurinya agar menyesuaikan cara menanggapi kalimat yang kamu ucapkan. Sebagai sesama pria, aku tau itu adalah cara menunjukkan ketertarikan dan membuat nyaman lawan bicara.
Entah ini konspirasi semesta yang menjatuhkan karma untukku karena saat kuliah, gadis yang didekati Edgar berbalik menyukaiku, dan gadis itu akhirnya menjadi mantan pacarku yang kini tidak lagi terlihat batang hidungnya.
“Sayang, kamu kok diam aja sih?” tanyamu dengan kening berkerut dan senyum heran ketika pembicaraan kalian melahirkan jeda, membuyarkan lamunanku. Kebiasaanmu yang menggenggam tanganku tiap kali bertanya pun tidak kamu lakukan. Barangkali kamu menyadarinya dan sengaja, bisa juga tidak.
Edgar menyikut pelan lenganku sambil terkekeh. “Iya, Lex, lo jadi kayak obat nyamuk yang nemenin orang pacaran. Kan, elo pacarnya Diandra. Jangan bikin gue nggak enak, lah.”
Aku membalas teguran kalian dengan senyum santai dan menggelengkan kepala. “Gue nggak tau harus nimbrung ngomong apa, jadi gue merhatiin kalian aja. Hahaha. Santai, Gar.”
Kalian berdua tidak tau aku sedang bertarung melawan ego.
Diandra, bila benar kamu jatuh cinta dengan orang lain, yang juga sahabatku sendiri, maka aku akan merelakanmu. Karena aku tau, sekeras apa pun aku melarangmu dan memintamu menjauhinya, benih cinta di antara kalian akan tetap tumbuh menjadi pohon rindang tanpa peduli posisiku siapa. Lagipula dalam jangka waktu yang cukup lama kalian akan sering bertemu. Jadi, bukan hal yang tidak mungkin kalian semakin dekat dan hati kalian melekat.
Aku tidak memaksamu untuk setia sebab bahagiamulah yang utama. Sejatinya cinta tak pernah bisa jatuh pada dua hati, ia hanya berpindah. Aku paham kamu hanya mengikuti arah hatimu yang berubah haluan. Jika pada akhirnya kalian memang saling mencintai, peranku sebagai kekasihmu cepat atau lambat akan berubah menjadi orang ketiga.
Sementara kamu mulai fokus memperhatikan Edgar yang menunjukkan sketsa bangunan gedung baru kantormu yang ia buat di laptopnya, kepalaku mulai bergelut dengan kenangan kita sambil menyeruput kopi yang setengah dingin. Dan lagi, entah ini konspirasi atau bukan, kopi yang kupesan tidak ditambahkan gula oleh barista yang membuatnya. Rasanya tidak buruk, hanya saja pahitnya sungguh menggigit.
Tetapi bukankah kesempurnaan kopi terletak pada rasa pahitnya?
Dengan tambahan kenyataan seperti ini, pahit kopi dan proses perubahan definisi kita terkonversi menjadi partikel yang hanya bisa kuobati dengan keikhlasan. Aku sadar emosi negatif yang bergerumul di kepala dan dadaku kini hanya bagian ego yang akan meremuk redam diriku jika kutunjukkan, oleh karena itulah aku memilih mengambil sikap biasa-biasa saja.
Aku berdeham seraya berdiri, membuat ekor matamu melirik ke arahku, lalu aku berkata, “Di, aku pulang duluan, ya? Asam lambungku kayaknya naik lagi nih gara-gara kopi. Kamu lanjut aja sama Edgar.”
“Hah? Sejak kapan lo punya penyakit asam lambung?” sahut Edgar sambil beranjak dari posisi duduknya dengan ekspresi tidak percaya.
Kamu menghadap ke arahku setelah sekilas menengok Edgar, kemudian berpikir sejenak. “Ya udah, Lex, atau enggak nanti aku naik taksi aja.”
Bahkan kini kamu menyebut namaku.
“Sejak kerja gue punya asam lambung, Gar. Maaf ya gue duluan, gue doakan semoga proyek kalian lancar. Oh iya, tolong antar Diandra pulang,” pesanku kepada Edgar sambil meraih tas selempang di kaki meja, lalu melangkah ke arah pintu kafe setelah kami berjabat tangan.
Di luar pintu kafe, aku melihat jam tangan sebelum masuk ke dalam mobilku. Pukul lima sore. Itu berarti perjalanan pulang ini akan terasa jauh lebih lama karena lalu lintas Semarang sedang di luar nalar.
Jika cinta adalah sungai, maka hati adalah teratai dan katak. Aku adalah teratai tempatmu singgah selama ini, hingga akhirnya kamu memilih untuk mulai melompat ke teratai lain. Aku menyalakan mesin mobil sambil melihat ke jendela kafe dari kejauhan dengan kedua ujung bibir terangkat. Sepasang mataku disajikan pemandangan seorang perempuan orang yang akan menjadi masa laluku sedang memamerkan senyum yang diciptakan oleh calon masa depannya.
Seiring roda mobilku meninggalkan pelataran parkir dan logikaku menanggalkan ego, aku memutuskan untuk memperbaiki diriku sendiri. Kini bunga teratai hatiku porak-poranda dan mulai karam ke dasar sungai. Namun bersama waktu aku akan menumbuhkannya lagi, secara perlahan.
Mengalah bukan berarti kalah. Aku memenangi sesuatu yang kuyakini sebagai jalan terbaik yang menuju skenario kebahagiaan baru. Semoga aku tidak melangkah mundur.
Crimson Lotus. Faiz Al Farazdaq.

0 komentar:

Kalimat Sakti Cewek

13.18 Unknown 0 Comments


“Cintahh~~ kamu mau aku anter pulang nggak?” seorang cowok ngomong ke ceweknya setelah kelas nyebokin di toilet umum.
“Nggak usah.. aku bisa pulang sendiri kok.” Cewek itu tersenyum canggung.
“Serius? Yaudah deh, ati-ati ya dijalan.”
Lima menit kemudian, cewek itu ngetweet atau pasang status BBM : “Dasar cowok nggak peka!” #nomention
Gue suka nggak ngerti sama sifat cewek, di mata gue , mereka itu pengin dimengerti dengan cara yang susah dimengerti. Kadang sesalah-salahnya mereka, mereka punya kemampuan untuk membuat si cowok merasa lebih bersalah. So, minggu siang ini gue mau membahas tentang kalimat-kalimat sakti yang pernah gue dengar dari cewek, tentunya kalimat-kalimat ini bukan ditujukan ke gue, soalnya gua nggak punya pac.. eh.. duh.. bentar.. mau mandiin bapak kos dulu.
Intinya kalimat-kalimat ini udah pernah gue dengar dari cewek kepada cowok pas lagi berantem, entah itu pacarnya temen sebalah kamar kos gue, entah itu cewek yang lagi berantem di cafe langganan gue, dan sebagian pertengkaran ini memang pernah gue denger dan pernah gue alamin juga.




Lo Tuh Emang Ngaak Peka!
Kasus di mana cewek mengucapkan kalimat ini ke cowok saat dia sudah merasa kesal. Kesal disini mungkin karena kodenya gagal dimengerti oleh si cowok. Contoh simpelnya kayak gini, ada cowok sama cewek lagi jalan berdua, si cewek cuma pakai tank-top. Kebetulan suasananya habis hujan. Si cewek sedikit menggigil kedinginan, terus si cowok ngeliat, lalu dia nawarin sesuatu.
“Kamu kedinginan ya? Ini pake jaket aku.”
“Ahh.. nggak kok..udah biasa.”
“Oh.. yaudah, syukur kalo kamu ternyata kulitnya tebel.”
“He eh.”
Sepulangnya dari ngedate tadi, si cewek update status BBM: “Lo tuh emang nggak peka!”

Si pihak cowok tentunya nggak ngerasa itu status buat dia dong. Soalnya si cowok udah merasa peka dan nawarin jaketnya pas ngeliat si cewek menggigil, takut dikira cowok yang suka memaksakan kehendak nantinya. Jadi cowok itu mikir tuh status buat orang lain. Tapi pada kenyataannya, tuh status BBM emang buat cowok tadi. Nah lo, nggak ngerti kan maksud tuh cewek apa?? Gue juga!

Pilih mana?
Kadang hidup memberi kita pilihan yang sulit, tapi pilihan-pilihan yang disediakan oleh hidup nggak pernah sesulit pilihan yang dikasih cewek. Gue sering liat kalo ada cewek sama cowok lagi debat, si cewek bisa ngasih ‘skak’ ke cowoknya dengan ‘Pilihan’ ini. Contohnya nih, si cewek ngajakin cowoknya ke salon, sayangnya di jam yang sama si cowok harus ketemu dosbing skirpsinya.
“Bebh, anter aku nyalon ya sekarang.. bulu kakiku udah mulai gimbal nih, bulu ketek juga udah mulai beruban.”
“Aduh sayang.. gimana ya.. aku baru sampe kampus, ada janji sama dosbing.. besok aja ya.” Si cowok mulai garuk-garuk kepalanya sambil telponan.
“Tapi apa kamu nggak liat kakiku bentuknya udah mirip kemoceng?”
“Gimana ya.. bimbingannya hari ini soalnya.”
“Oke! Kamu pilih aku atau dosbingmu?”
Yup, skak!. Kalo kalian dikampus liat cowok yang mukanya udah tua tapi nggak lulus-lulus, bukan kerena dia bego tapi karena dia sering dikasih ‘pilihan’ yang berat tadi.

Iya.. Emang Aku Yang Salah Kok.. Kamu Yang Selalu Bener.
Suatu malam minggu yang mencekam, Boy dan Reva baru selese nonton di bioskop. Di pintu keluar bioskop, Reva ketemu mantannya. Reva lupa ngenalin Boy ke mantannya karena terlalu asik reunian sampe lehernya merah-merah bekas cupang. Disitu Boy tersinggung dong. Soalnya Boy itu udah resmi pacaran sama Reva.
“Kok aku nggak dikenalin sama mantanmu tadi?!”
“Maaf, aku lupa.” Reva menjawab dengan santainya.
“Nggak boleh gitu sayang, namanya kamu itu nggak nganggep aku.”
“Kan aku udah bilang, aku lupa.” Kerutan di dahi Reva mulai muncul.
“Yaudah lain kali jangan diulangin ya.”
“Iya deh iya.. Emang aku yang salah kok.. kamu yang selalu bener.. makanya cuma aku yang kena marah mulu.”
“Lah?? Bukan git..”
“IYA.. AKU YANG SALAH!! PUAS??!!”
“.....”
Dan besoknya, sinetron anak jalanan tiba-tiba tamat. You see?? XD

Entah Aku yang Terlalu Berharap ke Kamu, atau Kamunya yang nggak bisa diharapkan
Kadang, ada aja cara cewek buat maksa cowok ngelakuin sesuatu. Jadi gue pernah denger perdebatan temen sebelah kamar kos gue sama pacarnya. Saat itu gue denger pacarnya bilang gini.
“Duh sayang.. mendadak aku dapaet nih.. mana aku nggak bawa pembalut lagi!”
“Wah. Terus gimana dong? Nggak bisa beli?” cowok itu nepok jidat.
“Mana mungkin aku keluar dalam keadaan kayak gini?”
“Terus?”
Ya beliin aku pembalut dong.” Cewek itu memohon belas kasihan kepada cowoknya.
“HAH??! Aku kan cowok, masa disuruh beli pembalut?!”
“Ya ampun.. baru disuruh kayak gini doang ngak mau. Cowok macam apa sih kamu ini? kalo minta jatah aja harus! Gimana kalo besok kita udah nikah, terus kamu aku suruh beli popok, beli susu, blablablablabla.” Cewek itu ngomong sambil lompat-lompat diatas meja.
“Itu kan kasusnya beda.” Si cowok masih membela diri.
“Ihhhhhhhh.. entah aku yang terlalu berharap ke kamu, atau kamunya yang emang nggak pernah bisa diharapkan!?”
“JLEBBBB!”

Lima menit kemdian, cowok itu bergegas ke maret-maret buat beli pembalut, tentunya dia pake topeng satria baja hitam plus hotpants.

Cowok tuh Di mana-mana Sama Saja!
Kalian mungkin nggak asing sama kalimat ini, termasuk gue. Jadi gue pernah denger cewek seumuran Nabila JKT48 lagi berantem sama pacarnya di cafe. Endingnya cewek itu nyeletuk, “Halah..cowok di mana-mana sama aja! Nggak ada yang bener!.”
Di situ gue pengin banget nyiram pake bensin habis itu gue bakar. Gue pengin ngelurusin. Cowok itu tipenya beda-beda, banyak kok. Ada yang ganteng, ada yang jelek, ada yang macho, ada juga yang setengah mateng, pokoknya macem-macem deh bentuk dan sifatnya! Jadi jangan pernah menganggap semua cowok itu sama, mungkin cewek itu sendiri yang sering terjebak pada selera yang sama.

Kalo Udah Nggak Ada Temen Aja, Baru Dateng
Nih buat cewek-cewek, gue kasih tau ya. Kadang cowok emang suka larut dalam kesibukan mereka. Sampe-sampe mereka lupa buat ngabarin pacarnya. Tapi itulah cowok, mereka kadang lebih suka ketemu, daripada cuma ngabarin doang dan bilang aku rindu. Cowok itu lebih suka nunjukin isi hatinya dengan perbuatan, daripada cuma sekedar lisan. Dan kadang, saat mereka baru punya waktu luang buat ngelakuin itu, si cewek udah bete duluan. Yap.. endingnya udah bisa ditebak, “Aku juga rindu sama kamu.” Dan yang menjadi jawaban si cewek., “Kalo udah nggak ada temen aja, baru dateng ke aku. Kalo lagi ada temen aja, lupa sama aku. Hmmp!.”
Asal kalian tau ya, kalimat itu adalah kalimat penghancur mood paling luar biasa bagi cowok. Bikin ngerasa bersalah iya, bikin nyesel udah ngorbanin buat ketemu iya.

Selama Ini Kamu Nganggep Aku Apa?
Rangga deket sama Cinta udah cukup lama. Mereka kenal, kira-kira udah lebih dari 50 tahun lamanya. Sudah banyak hal yang mereka lakuin bersama. Dan kemungkinan dalam hati mereka masing-masing udah tumbuh benih-benih asmara. Tapi Rngga nggak pernah berani mengungkapkan isi hatinya karena dia takut akan berusak hubungan persahabatannya. Sedangkan Cinta sebenernya udah lama nungguin Rangga buat bilang cinta kepadanya. Sampa akhirnya Cinta nemu titik jenuh penantian itu. Cinta pun dideketin sama cowok lain. Cowok yang lebih care sama dia.
Terus Cinta curhat ke Rangga, “Rangga, menurut kamu, si Bayu itu cowok yang gimana?”
“Hmm.. Dia cowok yang baik kok, kan dia care gitu sama kamu.”
“Terus kalo misal Bayu ngajakin aku jadian sama dia, gimana?” Dahi Cinta mulai berkerut.
“Ya.. Yaaa.. selama kamu juga ngerasa nyaman sama dia, kenapa nggak?” Rangga menepuk pundak Cinta.
“Huhhhh!! Sebenernya selama ini kamu nganggep aku ini apamu sih??!!”
“............”
Kalo udah di posisi kayak Rangga gini tentunya Rngga bakal ngerasa kayak ‘ditodong’ dan pilihanyya cuman ada dua. Ngakuin isi hatinya kepada Cinta atau sok tegar dan mendukung hubungan Cinta sama Bayu, meski harus membohongi diri sendiri. Benar-benar kalimat yang sakti.

Terserah!
Ini kata pemungkas yang paling-super-duper-maha-sakti. Kalo cewek udah ngeluarin kalimat ini, si cowok udah nggak bakal bisa jawab “Ya” atau “Tidak”. Sama-sama bakal ancur dan intinya, saking seremnya nih kata “Terserah” gue sampe nggak ngerti lagi gimana cara ngasih contohnya, sumpah gue nggak kuat iman.
Intinya, kalo cewek udah ngeluarin kata “Terserah” si cowok nggak bakalan punya kesempatan buat membela diri atau memperbaiki keadaan. Bahkan mau kaburpun nggak bisa, karena kalo si cowok kabur setelah dikatain “Terserah” sama ceweknya, tuh cewek bakal memberondong dia dengan kalimat, “Lagi kayak gini kamu malah kabur?! Selama ini kamu nganggep aku apa?! Kamu tuh ya emang nggak peka! Entah aku yang terlalu berharap sama, atau kamunya yang emang nggak pernah bisa diharapkan! Terserah!.”

Lalu cowok itu pun meninggal dunia.

0 komentar:

Last Dance

07.48 Unknown 0 Comments


Tuhan bolehkah aku sedikit saja meminta kebaikan hati-Mu sebelum pergi?
Sederhana saja, aku hanya ingin ia mengetahui hadirku meskipun dalam kesempatan yang tinggal menghitung detik. Aku ingin mendekapnya erat, menghentikan sepasang air terjun di matanya, dan meyakinkannya bahwa ia mampu melewati semua ini.
Bagaimana pun juga, ini bukanlah kesalahannya, bukan keinginannya, bukan juga realita yang seharusnya ia tanggung. Aku hanya... Aku tidak lain hanya kehabisan waktu untuk memberitahukan padanya bahwa aku benar-benar mencintainya.
***
Ia sedang duduk termenung meratapi keramik persegi bertuliskan namaku tanpa mengindahkan senja di atas kepalanya. Lagi-lagi, warna matanya menjelaskan kelam hatinya lewat tetes-tetes menyerupai sungai kecil yang mendedangkan nada minor. Tubuhnya terlihat ringkih, rahangnya bergetar hebat, dan bibir tipisnya terkatup melepaskan bait doa padat permohonan untuk merayu kemustahilan demi mengembalikan waktu sebelum takdir mencetuskan kesanggupannya merebut aku.
Kuyakin jika kau berada di posisiku, kata hancur, remuk, lebur, luluh lantak, tak cukup untuk mendeskripsikan apa yang kurasa demikian saat ini.
Di ujung jalan, tampak seorang pria dengan setangkup senyum sabar menunggunya. Aku perlahan turun dari angkasa untuk menghampiri gadisku, menerobos gumpalan awan kemuning yang menyemburatkan gradasi warna biru, oranye, merah muda, dan kelabu, yang menyajikan lukisan Tuhan yang maha agung. Burung-burung yang hendak pulang ke sarangnya melintas seiring aku merendah.
Akhirnya, kakiku menyentuh bumi, lalu kuperintahkan kakiku untuk berlari secepat mungkin walau aku sadar aku tak lebih lambat dari seekor kura-kura. Seluruh nadi di jantungku berdenyut hebat menimbulkan kabut di pelupuk mataku. Dadaku bergemuruh seperti kali kedua aku bertemu gadisku di pasar malam untuk berkencan. Aku tersenyum dan mencoba untuk menyentuhnya, tapi ragaku tak dapat melanggar hukum dimensi lain. Lenganku menembus tubuh gadisku.
Tuhan, kumohon untuk kali ini saja, batinku penuh doa.
Kemudian, perlahan, kurasakan tubuhku bercahaya, kemudian memadat tapi tetap tak dapat digapai mata yang masih bernyawa. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Segera kupeluk gadisku erat. Namun ia hanya terdiam, berdiri mematung.
Rasakan, aku memelukmu.
Tangis gadisku berhenti perlahan, ia terpejam. Lantas, aku berbisik lekat-lekat di telinganya, “Aku mencintaimu, Maharani. Jaga dirimu baik-baik sampai kita bertemu kembali.”
Aku merasakan debar jantung gadisku berdebar seirama dengan jantungku. Sungguh, meski aku tidak tahu apakah ia benar-benar merasakan kehadiranku, tapi aku sangat bahagia. Kulihat gadisku tersenyum, meskipun ia memalingkan wajahnya, ia berkata dalam hati, suaranya menutup gendang telingaku dari eksistensi suara di bumi ini.
“Aku pun mencintaimu, Arjuna. Selamat jalan dan jangan sampai tergoda oleh bidadari di surga.”
Aku terkekeh. Tentu sudah pasti aku akan membuat para bidadari cemburu dan merajuk ketika mendengar jawaban siapa orang pertama yang ingin kutemui di nirwana.
Pria di ujung jalan itu tampak melihat ke arah kami. Sepasang matanya seolah dapat melihat keberadaanku. Aku cukup kaget ketika mendengar pria itu dapat berbicara lewat bahasa sukma. “Hei, sobat, Aku tahu, aku tidak akan pernah bisa menggantikan posisimu di hati Maharani. Tapi aku berjanji, aku akan mencintainya dengan seluruhku.”
Aku tersenyum dan membalasnya dari kejauhan dengan suara yang disampaikan embusan angin yang mengajak dedaunan di sekitar menari.
“Kututipkan Maharani padamu, cintai ia lebih dari kesanggupanku.”
Pria itu tersenyum tipis dan mengangguk pelan, namun yakin.
Tiba-tiba entah dari mana asalnya, sesosok cahaya putih bersayap lebar yang sangat menyilaukan berada di belakangku, terlalu terang untuk kucerna bentuknya. Lengan dari cahaya itu menepuk pundakku, mengisyaratkan bahwa waktuku sudah habis. Dengan senyum tidak rela, aku mengecup kening gadisku, lalu melepas pelukan.
Permintaan terakhirku tersampaikan.
Tanpa aba-aba, aku kembali melesat ke angkasa dengan laju yang lebih kencang dari kecepatan cahaya. Melintasi antar galaksi dan bintang-bintang untuk menuju tempat di mana aku menunggu gadisku sampai tiba waktunya ia menyusulku.
Terima kasih, Tuhan.

0 komentar:

Belajar Menghargai Karya Orang Lain

09.35 Unknown 0 Comments


Dari kecil gue udah suka sama hal yang berbau seni, waktu SD-SMA gue banyak menjuarai lomba menggambar dan desain, saat gue duduk dibangku SMA ketertarikan gue semakin menjadi-jadi ketika pertama kali gue menggunakan aplikasi CorelDraw dan Photoshop. Begitu masuk kuliah gue memilih jurusan Arsitektur, karena di jurusan ini pasti gue bisa menyalurkan kreatifitas gue dengan benar. Itu yang gue pikirin pertama kali ketrima dijurusan arsitektur.

Kali ini gue mau berbagi dilema yang sering gue temui, nggak cuman gue sih tapi sebagian besar desainer pasti pernah mengalami ini. pun juga beberapa profesi lain. Kurang dihargai.

Gue selalu bertanya ‘kita hidup ditahun berapa sih? Kok masih ada aja cecunguk yang nggak bisa ngehargain karya orang lain? Bukannya dipuji malah dimaki-maki’ whats wrong? Kadang gue nggak habis pikir sama beberapa orang yang nggak bisa menghargai sesuatu, mungkin tiap pelajaran ppkn dulu, orang-orang ini lebih sering bolos kekantin. Makanya Cuma bisa nyela usaha orang lain dalam membuat sesuatu. Nggak bisa menghargai.  Padahal, belum tentu mereka bisa melakukan hal yang sama, dan gue yakin, kerjaan mereka paling cuman nonton sinetron anak jalanan sambil makan kuaci.

***

Gue pernah remake videonya zack king dan video ala-ala indovidgram. Padahal udah ada tulisannya re:make, membuat ulang dengan kreatifitas gue, toh video yang gue bikin udah dikemas sedemikian rupa. Nggak tau males baca apa emang nggak bisa baca, tapi masih ada aja satu monyet yang bilang gue plagiat lah, njiplak lah, nirulah. Kan udah gue tulis remake woy remake.. membuat ulang. Kudu sabar.

Sembilan dari sepuluh orang, yang menyebutkan sesuatu ‘orisinal’ biasanya tidak tahu rujukan atau sumber aslinya. Begitu kata penulis Jonathan Lethem. Menurut gue menurut gue nggak ada orisinalitas didunia ini, yang ada hanya inovasi, semua yang baru hanyalah campuran dari ide-ide yang sudah pernah ada, dikemas kembali dengan cara lebih menarik.

***

Gue arsitek gue juga desainer, dunia gue nggak jauh-jauh dari seni, gue udah ngerasain semua dilemanya desainer. Pernah ada seorang temen SMA, cuman kenal muka sama nama doang, jarang banget ngobrol. Suatu hari tiba-tiba dia nyamperin gue.

‘faiz, lu bisa bikin logo kan? Gue bikinin logo dong buat usaha baru gue, belum ada logonya, bisa kan?’

gue orangnya nggak neko-neko, kebetulan gue juga lagi free jadi bisalah paling bikin logo nggak ada sehari. Singkatnya begitu gue kasihkan logo itu, temen gue bilang.

‘aduhhh makasih banget ya faiz udah bikinin gue logo, lu baik banget, kapan-kapan kalo gue butuh bantuan, bikinin lagi yaaaa’ kemudian dia pergi, udah gitu aja. Ninggalin gue yang tersenyum kecut.

Gue juga sering banget ngadepin yang kaya gini ‘gausah mahal-mahal ya, sama temen sendiri doang’ eh gue kasih tau ya, harga pertemanan adalah awal mula kemunduran suatu usaha. Kenapa sih kalian selalu memakai kalimat tersebut? kalian nggak bisa menghargai perjuangan seseorang yah?. Dan yang lebih parahnya, dulu sewaktu gue baru lulus kuliah, ada salah satu teman kuliah gue. Dia arsitek, dia anak orang kaya, dia paham tentang dunia desainer, tapi  sayang dia nggak paham bagaimana menghargai orang lain. Jagi dia datang ke gue minta dibikinin logo, kira-kira begini percakapannya.

‘iz, gue mau buka usaha, bisa bikinin gue logo nggak?’

‘bisa banget, asal harga cocok bro’

‘hlo? Gue harus bayar?’

‘lah iya, masa gratis sih?’

‘emang gue harus bayar berapa?’

‘tergantung, kalau logo yang gue bikin dipake buat komersil, biasanya kisaran 2-3 juta bro’

‘loh kok mahal banget sih? Sama temen sendiri juga. Lagian gampang kok bikin logo cuman gitu-gitu doang’

‘kaya lu nggak tahu aja proses cari idenya gimna bro, dan gue kasih tahu ya kalo emang menurut lo gampang, kenapa lo minta bantuan gue? Kenapa lo nggak bikin sendiri aja? Kenapa coba?’ kemudian gue tinggal pergi.

Gimana perasaan lo kalo jadi gue? Hidup itu harus realistis men, gue dulu kuliah dijurusan arsitektur ngeluarin biaya banyak banget, orangtua gue dirumah banting tulang kerja buat mbiayain kuliah gue, kadang mereka lebih mentingin kebutuhan gue ketimbang kebutuhan mereka sendiri. Dan gue sadar akan hal itu, itulah alasan gue nggak boleh menyerah, makanya gue dulu kuliah dengan sungguh-sungguh. Gue kerja bukan hanya mencari sesuap nasi, gue nggak pengin bikin orang tua gue kecewa. sebagai manusia seutuhnya sudah pasti gue punya cita-cita dan mimpi-mimpi yang pengin gue capai, termasuk ngebahagiain orang tua gue.

***


Percaya diri adalah kunci untuk menghargai karya sendiri, pede memperlihatkan keorang lain, makanya setiap berkarya dalam bentuk gambar atau tulisan gue selalu pede. Dan nggak jarang usaha keras gue nggak dihargai. Emang mereka punya hak sendiri, tapi daripada mengomentari ini itu tanpa berbuat sesuatu, kenapa nggak belajar menghargai? Lebih baik daripada nonton sinetron sambil makan kuaci. Karena menghargai orang lain itu sama artinya menghargai diri kita sendiri. Berhenti mengomentai dan mulailah belajar menghargai.

0 komentar:

TRAVEL - Back to Nature, Gunung Banyak.

10.46 Unknown 0 Comments

Haloooo semuaaaaaa... dumbass traveler balik lagi
Pasti udah nungguin postingan ini kan? Iya kan.. iya dong..

Waktunya pas banget nih, haru sabtu, weekend.. you know, just 3 things in my mind right now, holiday, holiday and holiday! HAHAHA Lebih asik lagi kalau kita liburan bersama orang-orang yang kita sayang, seperti keluarga, sahabat, pacar, mantan pacar ataupun istri orang. Buat kalian yang pengin liburan tapi bingung mau kemana, pas banget kalian baca postingan ini, disini gue sebagai dumbass traveler #yakali selama beberapa minggu kedepan bakal ceritain perjalanan explorasi kami di kota malang, anything, everything!
***
Cerita ini berawal sebelum negara api menyerang.. ah bukan bukan.. jalan-jalan kali ini berawal dari kota blitar, gue lagi liburan disana bersama keluarga.
Ketimbang ngabisin waktu liburan di kota dengan jalan-jalan di mall sampai kaki lemes tapi hati kurang puas, gue lebih memilih liburan yang bernuansa alam. Dengan tempo sesingkat-singkatnya akhirnya gue melakukan perjalanan ke kota Malang menggunakan motor, kenapa motor? Karena gue backpacker sejati. Gue mengikuti petunjuk arah menuju tempat wisata Pujon, tujuan gue adalah tiga tempat, yaitu gunung banyak, wisata paralayang dan wisata labirin, di daerah Batu, Malang. Pengin tau disana ada apa aja? Selain terdapat banyak sekali spot spot yang cozy untuk menikmati pemandangan yang memanjakan mata, disitu juga terdapat kenangan tersendiri buat gue, bersama mantannya temen HAHAHAHAHA. Udah diem, ini gue mau cerita. Gue awali dengan kata-kata keren.
Liburan menginap di hotel? Buat gue itu udah terlalu biasa! Pernah menginap di rumah pohon? Kota Wisata Batu Malang menawarkan wisata unik yaitu menginap di rumah pohon yang berada di atas ketinggian 1.000 meter, yang disebut dengan Omah Kayu. berikut penampakannya.



Lokasinya 25 km dari kota Malang, dan cukup dekat dengan destinasi wisata lainnya. Omah kayu ini berukuran 3 x 3 meter, terbuat full menggunakan kayu. Yang didalamnya terdapat tempat tidur, sampai pemanas air. Tempat ini sangat gue rekomendasikan untuk kalian yang hobi traveling bersama kekasih, kekasihnya orang lain, gebetan atau mantan. Oiya berhubung gue kesana pas hari libur, jadi gue mengeluarkan yang sekitar 450K untuk menginap di Omah kayu, harga yang lumayan, tapi serius kalian nggak bakalan nyesel. Tempatnya rindang, sejuk, dan bisa melihat pemandangan kota Batu. engg.. tapi ini bisa kok dijadikan tempat pelampiasan ketika lu lagi galau. loncat.
Tapi tenang aja, buat kalian yang pengin foto tanpa harus menginap bisa kok, pengelola juga memberikan kesempatan untuk pengunjung yang ingin berfoto di areal Omah kayu. Jika tertarik, pengunjung akan dikenakan tiket masuk seberar 5K. Retribusi ini berbeda dengan retribusi masuk Taman Wisata Gunung Banyak yang harganya juga 5K.
***
Seperti itulah penampakan Omah kayu yang pernah gue kunjungi, kurang puas? Buat kalian yang suka tantangan dan nggak takut ketinggian, kalian bisa mencoba naik paralayang. Selain menguji keberanian kalian, olahraga ini juga bisa membantu kalian terbang tinggi meninggalkan kenangan bersama mantan.. bahahahahngkayyyyyy.



Untuk wisata paralayang, kalian akan dikenakan biaya sebesar 350K untuk sekali terbang, ya kira-kira sekitar 10 menitan. Nggak usah khawatir karena semua instruktur disini sudah mempunyai sertifikat profesional paralayang. Selama malayang diudara, gue dimanjakan dengan pemandangan yang lebih bikin gue speechless, diarah selatan gue melihat gunung Panderman dan Gunung kawi, diarah utara gue bisa melihat Gunung Biru dan Gunung Welirang, sedangkan diarah barat gue bisa melihat Gunung Argowoyang dan Gunung Dorowati. Indah? Jelas! bahkan jika cuaca sedang cerah, dari kejauhan lu akan dimanjakan dengan kemegahan Puncak Gunung Semeru yang menjulang tinggi!
Semuanya nggak selesai sampai disitu, kelian pernah nonton film Maze Runner kan? Yap disini juga terdapat satu tempat wisata yang nggak kalah unik dari Omah kayu dan Paralayang, yaitu Wisata Labirin. Sumpah asik banget pas gue masuk ke tempat wisata ini, walaupun gue hampir nangis gara-gara pusing nggak bisa nemuin jalan keluar sampe maghrib.


And this is the end of the post. Indonesia itu indah, keindahan alamnya nomer satu! nggak perlu jauh-jauh kalau kalian pengin nikmatin alam. Gue berharap makin kesini makin banyak manusia-manusia yang sadar dengan keindahan alam yang nggak ternilai harganya. Kita lahir di bumi pertiwi yang indah, sudah sepantasnya kita ikut melestarikan dan menjaga semuanya. Gue percaya semua hal yang dilakukan dengan hati pasti akan berarti. Begitu juga dengan manjaga alam ini. mungkin sekian dulu postingan ini, buat kalian yang tanya-tanya terus mau posting apa, tenang gue bakalan ceritain semua pengalaman explorasi gue di kota Malang.
Salam lestari, Salam Blgger! Danke.



Credit by Faiz x Rizky

0 komentar: