Konservasi - Masjid Layur
Bagi seorang Arsitek, membuat disain sebuah bangunan adalah sebuah pekerjaan, namun berbeda dengan konservasi, bagi Arsitek untuk merawat suatu bangunan konservasi adalah suatu kewajiban yang harus dijalankan.
"Conservation mean all the process of looking after place so as to retain its cultural
significant. It includes maintenance and may according to circumstance include preservation, restoration, reconstruction and adaptation, and will be commonly a combination of more than one of these"
***
Konservasi diartikan sebagai seluruh proses untuk
memelihara/melestarikan suatu tempat (obyek konservasi) sedemikian rupa, untuk mempertahankan signifikansi/makna budayanya. Termasuk di dalamnya Pemeliharaan, dan dalam kondisi tertentu termasuk juga Preservasi, Restorasi, Rekonstruksi, Adaptasi, dan umumnya kombinasi dari beberapa upaya tersebut.
Saya termasuk salah satu yang mendukung konservasi bangunan peninggalan masa lampau yang masuk dalam cagar budaya.
Saya melakukan melakukan survey ke beberapa bangunan konservasi yang berada di Kota Semarang, salah satunya adalah Masjid Layur, kampung melayu, Semarang.
Akan membahas tentang lokasi, sejarah, sosial dan budaya masyarakat setempat. data ini saya dapatkan dari hasil survey lokasi, studi literatur, dan wawancara narasumber.
 |
Masjid Layur di masa lalu |
LOKASI
Masjid layur sendiri berlokasi
terletak di JL. Layur no 33, Kampung melayu, Semarang, Jawa Tengah. Pemilik masjid layur adalah Ulama
Arab bernama Hadramaut, tahun pembangunan Masjid Layur ini pada Tahun 1802, Renovasi dilakukan pada Tahun 1999. Keadaan
sangat terawat karena sering dilakukan renovasi kecil berkala seperti pengecaatan, penggantian genteng, dan pembersihan lain lain.
Masjid layur sendiri terletak
di Kampung melayu, melewati arah tawang kota lama, saat sampai pada kantor pos,
belok kiri sebelum jembatan, dsana kita akan memasuki kampung melayu setelah melewati perlintasan kereta api, daerah
yang sangat ramai, namun terkadang tergenang air rob pada sore hari.
SEJARAH DAN PEMANFAATAN DI MASA LALU
Pengertian kampung melayu menurut Abdullah Salim, seorang dosen
dari Universitas Sultan Agung Semarang, menyatakan bahwa Kampung Melayu
berkembang sekitar awal abad 17 bersamaan dengan kedatangan orang – orang
Banjar (Kalimantan), Samudra Pasai, Gujarat dan Arab Selatan untuk berdagang
dan menyebarkan agama Islam ke Jawa. Sebutan Kampung Melayu muncul karena
penduduknya menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan dan pemersatu.
Koridor
Layur adalah sebuah ruas jalan di Kampung Melayu Semarang yang dibentuk oleh
dua deretan ruko Pecinan dan gerbang-gerbang masuk rumah saudagar Arab dan
berfungsi sebagai koridor perdagangan. Letak Koridor Layur menjadi strategis
dikarenakan tepat berada di pinggir Kali Semarang dan merupakan awal mula dari
terbentuknya kampung-kampung lain yang ada di Kampung Melayu Semarang.
Keberadaan Koridor Layur muncul sekitar awal abad 16 M akibat dari efek
pingpong dua kutub magnet aktivitas yaitu Pasar Ngilir di sebelah Utara dan
Kompleks Benteng Belanda yang berbenruk bintang di seberang Kali Semarang
sebelah Selatan.
Pada tahun
1875 M pemerintahan Hindia Belanda membuka Kanal Baru sebagai jalur baru
pelayaran yang berbentuk lurus menggantikan jalur Kali Semarang yang
berkelok-kelok. Pembukaan Kanal Baru semakin menguatkan fungsi Koridor Layur
sebagai koridor perdagangan dikarenakan ujung pertemuan antara Kali Semarang
dan Kanal Baru tepat berada di ujung Utara (diseberang
Pasar Ngilir) Koridor Layur. Keunikan yang terjadi di Koridor Layur adalah
bertemunya dua etnik disepanjang tersebut, yaitu etnik Arab dan etnik Cina.
Pertemuan dua etnik ini ditandai secara fisik berupa landmark yang berbentuk
Mesjid Menara dibangun tahun 1802 M dan Klenteng Dewa Bumi dibangun tahun 1900
M. Selain itu keberadaan rumah-rumah saudagar Arab yang berada dibelakang
deretan ruko pecinan juga mempunyai keunikan pada terbentuknya tata ruang dan
bangunan pada Koridor Layur tersebut.
Keberadaan Koridor Layur pada saat ini yaitu abad 20 M sangat
memprihatinkan, terlihat kumuh, dan rawan kriminalitas. Banyak bangunan ruko
pecinan yang tidak berfungsi, rusak dan runtuh sedangkan gerbang rumah saudagar
Arab ada beberapa yang sudah tidak berfungsi karena sudah tidak terdapat rumah
saudagar Arab lagi. Permasalahan yang muncul dikarenakan beberapa faktor dan
aspek dalam kaitanya dengan perkembangan Kota Semarang. Keberadaan koridor perdagangan
seperti Koridor Layur di Semarang sudah mulai luntur karena sudah digantikan
dengan gedung-gedung yang dilengkapi fasilitas modem dan memberikan kenyamanan
bagi pengunjungnya terhadap pengaruh alam seperti hujan dan panas matahari.
Usaha untuk menggali dan mendiskripsikan proses perkembangan Koridor Layur di
Kampung Melayu Semarang, dilakukan pengkajian arsitek-tural dengan melakukan
pendekatan urban, history dan morfologi.
SOSIAL BUDAYA
Di sisi arsitektur, nilai
kearifan lokal tercermin dengan arsitektur yang lentur dan adaptif
terhadap budaya yaitu dengan terjadinya akulturasi dalam pola perubahan desain
rumah etnik-etnik di kampung Melayu Semarang yang memiliki kecenderungan
bentuk baru dengan makna lama, dimana pada beberapa bagian bangunan
terdapat bentuk baru dalam pengertian unsur lama yang diperbaharui,
sehingga terjadi intepretasi baru terhadap
bentuk lama yang pada dasarnya tetap
berakar dan kebudayaan masing-masing etnik di kampung Melayu
Semarang. Jadi terjadi semacam negosiasi antara unsur lama dengan
unsur baru ataupun unsur lain.
Berbicara Masjid Layur atau Masjid
Menara tidak dapat dilepaskan dari minuman khas yang dinamakan kopi arab.
Minuman yang menjadi sajian khas saat berbuka puasa tersebut merupakan minuman
kopi yang dicampur dengan berbagai ramuan rempah-rempah yang disajikan secara
khusus di Masjid Menara Sebagai hidangan buka puasa. Pemberian nama kopi arab
sendiri sampai saat ini belum diketahui awalnya, hanya saja masyarakat sekitar
yakin jika ramuan kopi tersebut adalah resep asli dari Arab dan berkhasiat.
Masjid ini dulu menjadi tempat berkumpul para saudagar Islam Timur Tengah yang
menciptakan ramuan kopi secara tak sengaja dan akhirnya terkenal hingga sekarang
dengan nama kopi arab. Imam Masjid Menara Semarang, Habib Alwi Assegaf. Menurut
beliau, kopi yang dijadikan minuman tersebut sebenarnya tidak berasal dari
Arab, namun kopi lokal yang dicampur dengan berbagai bahan rempah, seperti
serai, pandan, kayu manis, dan kapulaga. Akan tetapi, masyarakat sekitar tetap
memercayai bahwa ramuan kopi tersebut berkhasiat untuk menjaga kesehatan tubuh
dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
MASJID LAYUR
Masjid layur adalah
salah satu bangunan peninggalan masa lalu yang sangat uni karena memiliki
menara pada bagian depan masjid, dan sampai sekarang masih terawat dengan baik
dikarenakan dikelola oleh perkumpulan orang orang arab yang tidak ingin masjid
ini hilang ditelan modernisasi.
 |
Gerbang Masuk Masjid Layur Sangat indah dengan dinding tinggi kokoh beserta hiasan terasa suasana timur tengahnya |
 |
Masjid Layur Bagian masjid layur biasa digunakan untuk sholat Pria |
 |
Menara Masjid Layur Masih berdiri kokoh, hanya saja sudah tidak difungsikan lagi sebagai tempat adzan dikarenakan ada kerusakan pada bagian tangga naik menuju ketas menara |
Dahulu
mercusuar masjid layur adalah mercusuar yang digunakan oleh orang orang sekitar sebagai menara pengawasan lalu lintas kapan yang keluar masuk melewati jalur
kali semarang. Pada akhir abad
ke-18 Belanda membangun menara mercusuar baru, lokasinya lebih dekat dengan
pelabuhan, diberi nama Mercusuar Wilhem III, praktis menara di Kampung Melayu
tak difungsikan lagi. Karena tidak lagi digunakan, para saudagar Arab yang
bermukim di Kampung Melayu kemudian membangun masjid di bawahnya, dan
menggunakan mercusuar ini sebagai menara masjid. Beberapa sumber menyebutkan
masjid ini dibangun tahun 1802, diprakarsai oleh ulama Arab bernama Hadramaut,
kabarnya berasal dari Yaman.
Dari luar masjid ini sudah terlihat berbeda.
Meski tidak ada kesan megah dan mewah, ini memang bukan masjid biasa. Nilai
sejarahnya kuat, dan penampilan masjid ini tidak bisa dikatakan tidak menarik.
Memang ukurannya tidak besar, dan bukan hanya menara mercusuarnya yang membuat
masjid ini unik. Gerbang masuk yang tinggi di bagian depan masjid menguatkan
aroma Timur Tengah di sini. Masuk ke dalam, arsitektur khas Jawa terlihat lebih
menonjol. Atap masjid bersusun tiga. Sedangkan lantai masjid mengingatkan kita
pada gaya rumah Gadang, ada tangga di bagian depan. Ornamen dan hiasan-hiasan
di dalam masjid pun tampak indah.
 |
Ornamen Masjid Layur |
 |
Kusen pintu lantai pertama sebagai bukti bahwa dulu Masjid layur pernah mengalami peninggian
Masjid Layur, di area masjid layur terdapat 3
bangunan, Yaitu bangunan Masjid itu sendiri, gudang dan tempat sholat khusus
wanita, jadi disini terdapat tradisi dimana Laki laki dan Perempuan tidak boleh
shoat dalam satu ruangan, karna itu dibangun bangunan terpisah yang dikhususkan
untuk wanita melaksanakan sholat, bangunan hanya berjarak 2-3 meter dari Masjid
utama.
Tempat Sholat wanita
Tempat Sholat wanita
Jaman
dulu masjid ini tidak punya tempat wudlu. Orang-orang yang hendak sholat di
sini mengambil air wudlu di Kali Semarang, persis di sebelah timur masjid. Kala
itu air kali masih jernih, tidak berbau. Makin lama Kali Semarang makin
tercemar. Maka dibangunlah tempat wudlu pada tahun 1956. Secara keseluruhan,
masjid ini masih asli. Tidak banyak berubah, kecuali lantainya yang diuruk.
Misalpun ada perbaikan, biasanya hanya pergantian genting. Penambahan ruang pun
hanya di sisi kanan masjid, yaitu ruang pengelola.
Gerbang depan Masjid Layur
dengan hiasan berbau timur tengah
View dari dalam, Menara masjid
Pintu masuk menuju tempat Sholat Pria
Jendela Krepyak asli dari kayu jati
Interior dalam Masjid
Dengan plafond masih menggunakan kayu
Mimbar imam
Keadaan masih asli seperti dulu, hanya dlakukan beberapa renovasi
ARTI PENTING
Menjaga atau melindungi keselamatan
dunia dalam melestarikan warisan budaya. Hal ini juga dipertegas lagi oleh para
leluhur-leluhur kita, seperti diungkapkan,
“wewangan kang umure luwih saka
paroning abad, haywa kongsi binabad, becik den mulyakna kadya wujude hawangun”
Artinya bangunan dengan umur yang lebih dari 50 tahun merupakan bangunan
sejarah dan budaya, dapat digunakan sebagai penelitian, menambah pengetahuan
dan lain kebutuhan kemajuan serta bermanfaat sebagai tuntutan hidup (Yosodipuro,
1994).
Masjid layur, Bangunan ini menunjukkan bentuk Arsitektur yang
berbeda dari bangunan konservasi lainnya dan memang wajib untuk dilestarikan oleh masyarakat sekitar, karena keunikan dari Masjid dan Menara mercusuar nya, sehingga dijadikan landmark (tetenger) kawasan Kota Kampung Melayu, Semarang, Indonesia.
***
Faiz Al Farazdaq dan Alfian Setya Nugraha
|
0 komentar:
Posting Komentar